“PALEMBANG KOTA METROPOLITAN, MANDIRI DAN BERKUALITAS TAHUN 2008″
Untuk menyamakan persepsi mengenai pengertian visi tersebut, maka dirumuskan pengertian-pengertian sebagai berikut:
Kota Metropolitan adalah:
- Kota yang berpenduduk lebih dari 1 juta jiwa.
- Kehidupan sosial ekonomi berlangsung selama 24 jam dalam sehari dan melampaui batas administrasi.
- Mobilitas penduduk dan penglaju (commuter) tinggi.
- Didukung oleh prasarana dan sarana perkotaan yang memadai.
Kota Mandiri
Yang dimaksud kota mandiri yaitu :
- Pendapatan asli daerah meningkat.
- Pendapatan masyarakat meningkat.
- Peran dunia usaha dan partisipasi masyarakat dalam pembangunan meningkat.
Kota Berkualitas adalah:
- Penduduk yang berkualitas ditinjau dari segi pendidikan, kesehatan, tenaga kerja, olah raga, seni budaya dan agama.
- Penggunaan prinsip tata pemerintahan yang baik (Good Governance).
Misi Kota Palembang
Untuk merealisasikan visi Palembang Kota Metropolitan, Mandiri dan
Berkualitas 2008, diperlukan misi sebagai komitmen dan arah dalam
pengelolaan pembangunan di Kota Palembang.
Adapun misi pembangunan Kota Palembang adalah :
- Mengembangkan serta meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang
berakhlak, bermoral dan berbudaya sebagai pilar pembangunan kota.
- Meningkatkan penataan ruang serta sarana dan prasarana dasar perkotaan
- Mendorong meningkatnya investasi, industri, perdagangan dan jasa
serta pengembangan pariwisata dan pelestarian warisan sejarah budaya.
- Mengoptimalkan pengelolaan keuangan daerah.
- Melaksanakan pelayanan prima.
- Meningkatkan kerjasama antar daerah dan pihak lain, baik dalam maupun luar negeri.
- Meningkatkan pemberdayaan masyarakat dalamrangka partisipasi aktif pembangunan Kota Palembang
Program Strategis Kota Palembang Tahun 2004-2008
Program merupakan kumpulan kegiatan yang nyata, sistimatik dan
terpadu untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Program
strategis disusun guna mengatasi permasalahan strategis kota dan
mengembangkan potensi kota.
Adapun
Program Strategis Kota Palembang tahun 2004-2008 yaitu :
- Peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia melalui pembangunan bidang
pendidikan, kesehatan, ketenagakerjaan, agama, seni budaya, olahraga
dan pemuda.
- Peningkatan kualitas dan kuantitas penataan ruang.
- Peningkatan kualitas lingkungan perkotaan.
- Penataan kawasan tepian sungai.
- Pembangunan sarana dan prasarana transportasi serta manajemen transportasi.
- Pembangunan sarana dan prasarana drainase serta pengendalian banjir.
- Peningkatan pelayanan air bersih.
- Peningkatan pelayanan persampahan.
- Pengembangan sektor industri, perdagangan dan jasa, koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) serta pariwisata.
- Optimalisasi pengelolaan keuangan daerah.
- Peningkatan pelayanan prima kepada masyarakat.
- Peningkatan kerjasama pembangunan dengan daerah lain/ pihak lain baik di dalam maupun di luar negeri.
- Pemberdayaan masyarakat, pengentasan kemiskinan dan penanganan masalah-masalah sosial.
Kota Palembang adalah salah satu
kota besar di Indonesia yang juga merupakan
ibu kota provinsi Sumatera Selatan. Palembang merupakan kota terbesar kedua di
Sumatera setelah
Medan. Kota ini dahulu pernah menjadi pusat
Kerajaan Sriwijaya, sebelum kemudian berpindah ke
Jambi.
Bukit Siguntang, di bagian barat Kota Palembang, hingga sekarang masih
dikeramatkan banyak orang dan dianggap sebagai bekas pusat kesucian di
masa lalu.
Palembang merupakan kota tertua di
Indonesia, hal ini didasarkan dari prasasti Kedukan Bukit yang
diketemukan di Bukit Siguntang sebelah barat Kota Palembang, yang
menyatakan pembentukan sebuah wanua yang ditafsirkan sebagai kota yang
merupakan ibukota Kerajaan Sriwijaya pada tanggal
16 Juni 682 Masehi
[2]. Maka tanggal tersebut dijadikan patokan hari lahir Kota Palembang.
Kota ini diserang beberapa kali oleh
kekuatan asing, di mana kerusakan terparah terjadi saat penyerangan
pasukan Jawa tahun 990 dan invasi
kerajaan Chola tahun 1025. Namun sekarang kota ini tengah berbenah dan semakin mempercantik diri untuk menjadi sebuah kota internasional.
Sejarah
Prasasti Kedukan Bukit
berangka 682 Masehi merupakan prasasti tertua yang ditemukan di
Palembang. Prasasti ini menceritakan adanya pasukan besar yang datang
dari Minanga Tamwan dengan perasaan suka cita. Sejarawan merujuk angka
pada prasasti ini sebagai hari lahir Sriwijaya, walaupun kemungkinan
Palembang telah menjadi ibukota kerajaan sebelum tahun tersebut.
Pada periode 850 - 1025 Masehi,
Palembang merupakan kota terkaya di Asia Tenggara, hal ini seiring
dengan kemakmuran perdagangan Kerajaan Sriwijaya. Selain menjadi pusat
perdagangan Timur Jauh, pada masa ini Palembang juga menjadi pusat
pengajaran agama
Buddha. Para pelajar dari Tiongkok banyak singgah di kota ini untuk mempelajari agama Buddha sebelum melanjutkannya di India.
Pada tahun 990,
Dharmawangsa dari
Kerajaan Medang menyerang Palembang. Pada penyerangan ini istana kerajaan diserbu dan Palembang luluh lantak. Namun
Culamanivarmadeva,
raja yang berkuasa ketika itu, dapat menguasai keadaan dan memukul
balik pasukan Jawa untuk kembali ke Medang. Palembang yang makmur itu
kembali mendapat serangan dari pihak asing.
Rajendra Chola dari
Kerajaan Chola
menjarah Palembang pada tahun 1025. Setelah menghancurkan Palembang dan
menawan rajanya, pasukan Chola menjarah harta kerajaan yang melimpah
ruah sebagai rampasan perang.
Dengan penyerangan ini situasi kerajaan tidak terkendali yang berakibat pindahnya ibukota Sriwijaya ke
Jambi. Sejak kepindahan ini Palembang hanya menjadi kota pelabuhan sederhana yang tidak berarti lagi bagi para pedagang asing.
[3]
Setelah keruntuhan Sriwijaya, tidak ada
kekuasaan besar yang mengendalikan kota. Pada masa itu di Palembang dan
sekitarnya bermunculan kekuatan-kekuatan lokal seperti kelompok Panglima
Bagus Kuning di hilir Sungai Musi, kelompok Si Gentar Alam di daerah
perbukitan, kelompok Tuan Bosai dan Junjungan Kuat di daerah hulu Sungai
Komering, kelompok Panglima Gumay di sepanjang Bukit Barisan, dan
sebagainya.
[rujukan?] Selain itu beberapa pedagang Tiongkok menjadikan kota ini sebagai pangkalan perdagangan mereka.
Orang Laut juga menjadikan Palembang sebagai markas mereka sebagai bajak laut.
Pada fase inilah muncul pangeran Sriwijaya yang terakhir,
Parameswara. Setelah penyerangan Majapahit ke Palembang, Parameswara bersama
Sang Nila Utama pergi melarikan diri ke
Tumasik. Di sana ia membunuh gubernur Tumasik yang berkebangsaan
Thai. Sewaktu pasukan Thai akan menyerang Tumasik, Parameswara bersama pengikutnya pindah ke
Malaka di
Semenanjung Malaya, dan mendirikan
Kerajaan Malaka. Parameswara memeluk Islam untuk menikahi putri
Samudera Pasai dan mengganti namanya menjadi
Sultan Iskandar Syah. Malaka berkembang pesat pada abad ke-15 sehingga Parameswara menjadi sebagai penguasa tunggal perairan
Selat Malaka dan sekitarnya, bahkan Palembang akhirnya berada di bawah pengaruhnya.
Hancurnya Majapahit di Jawa secara tidak langsung memberikan andil pada kekuatan lama hasil dari
Ekspedisi Pamalayu di Sumatera. Beberapa tokoh penting di balik hancurnya Majapahit seperti
Raden Patah, Ario Dillah (Ario Damar), dan
Pati Unus merupakan tokoh-tokoh yang erat kaitanya dengan Palembang. Setelah
Kesultanan Demak
yang merupakan pengganti Majapahit di Jawa berdiri, di Palembang tak
lama kemudian berdiri pula Kesultanan Palembang Darussalam dengan
"Susuhunan Abddurrahaman Khalifatul Mukmiminin Sayyidul Iman" sebagai
raja pertamanya. Kerajaan ini mengawinkan dua kebudayaan, maritim
peninggalan dari Sriwijaya dan agraris dari Majapahit dan menjadi pusat
perdagangan yang paling besar di Semenanjung Malaka pada masanya. Salah
satu raja yang paling terkenal pada masa ini adalah
Sultan Mahmud Badaruddin II yang sempat menang tiga kali pada pertempuran melawan Eropa (Belanda dan Inggris).
Setelah jatuhnya Kesultanan Palembang
Darussalam pasca kalahnya Sultan Mahmud Badaruddin II pada pertempuran
besar yang melibatkan
Jendral de Kock,
Palembang nyaris menjadi kerajaan bawahan. Beberapa sultan setelah
Sultan Mahmud Badaruddin II yang menyatakan menyerah kepada Belanda,
berusaha untuk memberontak tetapi kesemuanya gagal dan berakhir dengan
pembumihangusan bangunan kesultanan. Setelah itu Palembang dibagi
menjadi dua keresidenan besar, dan pemukiman di Palembang dibagi menjadi
daerah Ilir dan Ulu.
Kota Palembang telah dicanangkan oleh Presiden RI
Susilo Bambang Yudhoyono
sebagai "Kota Wisata Air" pada tanggal 27 September 2005. Presiden
mengungkapkan bahwa Palembang dapat dijadikan kota wisata air seperti
Bangkok di
Thailand dan
Phnom Penh di
Kamboja. Tahun 2008 Kota Palembang menyambut kunjungan wisata dengan nama "Visit Musi 2008".
Keadaan Geografis
Secara geografis, Palembang terletak
pada 2°59?27.99?LS 104°45?24.24?BT. Luas wilayah Kota Palembang adalah
102,47 Km² dengan ketinggian rata-rata 8 meter dari permukaan laut.
Letak Palembang cukup strategis karena dilalui oleh jalan Lintas
Sumatera yang menghubungkan antar daerah di Pulau Sumatera. Selain itu
di Palembang juga terdapat
Sungai Musi, yang dilintasi
Jembatan Ampera, yang berfungsi sebagai sarana transportasi dan perdagangan antar wilayah.
Iklim Palembang merupakan iklim daerah
tropis dengan angin lembab nisbi, kecepatan angin berkisar antara 2,3
km/jam - 4,5 km/jam. Suhu kota berkisar antara 23,4 - 31,7 derajat
celsius. Curah hujan per tahun berkisar antara 2.000 mm - 3.000 mm.
Kelembaban udara berkisar antara 75 - 89% dengan rata-rata penyinaran
matahari 45%. Topografi tanah relatif datar dan rendah. Hanya sebagian
kecil wilayah kota yang tanahnya terletak pada tempat yang agak tinggi,
yaitu pada bagian utara kota. Sebagian besar tanah adalah daerah berawa
sehingga pada saat musim hujan daerah tersebut tergenang. Ketinggian
rata-rata antara 0 - 20 mdpl.
Pada tahun 2002 suhu minimum kota
terjadi pada bulan Oktober 22,70C, tertinggi 24,50C pada bulan Mei.
Sedangkan suhu maksimum terendah 30,40C pada bulan Januari dan tertinggi
pada bulan Sepetember 34,30C. Tanah dataran tidak tergenang air : 49 %,
tanah tergenang musiman : 15 %, tanah tergenang terus menerus : 37 %
dan jumlah sungai yang masih berfungsi 60 buah (dari jumlah sebelumnya
108) sisanya berfungsi sebagai saluran pembuangan primer.
Tropis lembab nisbi, suhu antara 220-320
celcius, curah hujan 22-428 mm/tahun, pengaruh pasang surut antara 3-5
meter, dan ketinggian tanah rata-rata 12 meter dpl. Jenis tanah kota
Palembang berlapis alluvial, liat dan berpasir, terletak pada lapisan
yang paling muda, banyak mengandung minyak bumi, yang juga dikenal
dengan lembah Palembang - Jambi. Tanah relatif datar dan rendah, tempat
yang agak tinggi terletak dibagian utara kota. Sebagian kota Palembang
digenangi air, terlebih lagi bila terjadi hujan terus-menerus.
Batas Wilayah
- Sebelah Utara; dengan Desa Pangkalan Benteng, Desa Gasing dan Desa Kenten, Kecamatan Talang Kelapa, Kabupaten Banyuasin.
- Sebelah Selatan; dengan Desa Bakung Kecamatan Inderalaya Kabupaten Ogan Ilir dan Kecamatan Gelumbang Kabupaten Muara Enim.
- Sebelah Barat; dengan Desa Sukajadi Kecamatan Talang Kelapa Kabupaten Banyuasin.
- Sebelah Timur; dengan Balai Makmur Kecamatan Banyuasin I Kabupaten Banyuasin.
Pemerintahan
Kota Palembang dibagi ke dalam 16
kecamatan dan 107 kelurahan, kecamatan-kecamatan tersebut yaitu:
- Ilir Timur I
- Ilir Timur II
- Ilir Barat I
- Ilir Barat II
- Seberang Ulu I
- Seberang Ulu II
- Sukarame
- Sako
- Bukit Kecil
- Kemuning
- Kertapati
- Plaju
- Gandus
- Kalidoni
- Alang-alang lebar
- Sematang Borang
Penduduk
Penduduk Palembang merupakan etnis
Melayu, dan menggunakan
Bahasa Melayu
yang telah disesuaikan dengan dialek setempat yang kini dikenal sebagai
Bahasa Palembang. Namun para pendatang seringkali menggunakan bahasa
daerahnya sebagai bahasa sehari-hari, seperti bahasa Komering, Rawas,
dan Lahat. Pendatang dari luar Sumatera Selatan terkadang juga
menggunakan bahasa daerahnya sebagai bahasa sehari-hari dalam keluarga
atau komunitas kedaerahan. Namun untuk berkomunikasi dengan warga
Palembang lain, penduduk umumnya menggunakan bahasa Palembang sebagai
bahasa pengantar sehari-hari. Selain penduduk asli, di Palembang
terdapat pula warga pendatang dan warga keturunan, seperti dari
Jawa,
Minangkabau,
Madura,
Bugis, dan
Banjar. Warga keturunan yang banyak tinggal di Palembang adalah
Tionghoa,
Arab dan India. Kota Palembang memiliki beberapa wilayah yang menjadi
ciri khas dari suatu komunitas seperti Kampung Kapitan yang merupakan
wilayah Komunitas Tionghoa dan Kampung Al Munawwar yang merupakan
wilayah Komunitas Arab.
Agama mayoritas di Palembang adalah Islam. Selain itu terdapat pula penganut Katholik, Protestan, Hindu, Buddha, dan Konghucu.
Pariwisata
- Sungai Musi
- Jembatan Ampera
- Masjid Agung Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang
- Benteng Kuto Besak
- Gedung Kantor Walikota
- Kambang Iwak Family Park
- Hutan Wisata Punti Kayu
- Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya
- Taman Purbakala Bukit Siguntang
- Monumen Perjuangan Rakyat
- Museum Balaputradewa
- Museum Sultan Mahmud Badaruddin II
- Museum Tekstil
- Kawah Tengkurep
- Masjid Cheng-Ho Sriwijaya
- Kampung Kapitan
- Kampung Arab
- Fantasy Island
- Bagus Kuning
- Pusat Kerajinan Songket
- Pulau Kemaro
- Kilang Minyak Pertamina
- Pabrik Pupuk Pusri
- Sungai Gerong
Seni dan Budaya
Sejarah tua Palembang serta masuknya
para pendatang dari wilayah lain, telah menjadikan kota ini sebagai kota
multi budaya. Sempat kehilangan fungsi sebagai pelabuhan besar,
penduduk kota ini lalu mengadopsi budaya Melayu pesisir, kemudian Jawa.
Sampai sekarangpun hal ini bisa dilihat dalam budayanya. Salah satunya
adalah bahasa. Kata-kata seperti "lawang (pintu)", "gedang (pisang)",
adalah salah satu contohnya. Gelar kebangsawananpun bernuansa Jawa,
seperti Raden Mas/Ayu. Makam-makam peninggalan masa Islam pun tidak
berbeda bentuk dan coraknya dengan makam-makam Islam di Jawa.
Kesenian yang terdapat di Palembang antara lain:
- Kesenian Dul Muluk (pentas drama tradisional khas Palembang).
- Tari-tarian seperti Gending Sriwijaya
yang diadakan sebagai penyambutan kepada tamu-tamu, dan tari Tanggai
yang diperagakan dalam resepsi pernikahan.
- Lagu Daerah seperti Dek Sangke, Cuk Mak Ilang, Dirut, dan Ribang Kemambang.
- Rumah Adat Palembang adalah Rumah Limas dan Rumah Rakit.
Kota Palembang juga selalu mengadakan
berbagai festival setiap tahunnya antara lain "Festival Sriwijaya"
setiap bulan Juni dalam rangka memperingati Hari Jadi Kota Palembang,
Festival Bidar dan Perahu Hias merayakan Hari Kemerdekaan, serta
berbagai festival memperingati Tahun Baru Hijriah, Bulan Ramadhan, dan
Tahun Baru Masehi.
Makanan Khas
Kota ini memiliki komunitas Tionghoa cukup besar. Makanan seperti
pempek atau
tekwan yang terbuat dari ikan mengesankan "Chinese taste" yang kental pada masyarakat Palembang.
- Pempek
- Tekwan
- Model
- Laksan
- Celimpungan
- Mie Celor
- Burgo
- Pindang Patin
- Pindang Tulang
- Malbi
- Tempoyak
- Otak - otak
- Kemplang
- Kerupuk
- Kue Maksubah
- Kue Delapan Jam
- Kue Srikayo