Sungai Musi membelah Kota Palembang menjadi dua bagian kawasan: Seberang Ilir di bagian utara dan Seberang Ulu di bagian selatan. Sungai Musi, bersama dengan sungai lainnya, membentuk sebuah delta di dekat Kota Sungsang. Sungai Musi dengan Jembatan Ampera sebagai latar belakang
Mata airnya bersumber di daerah Kabupaten Kepahiang|Kepahiang, Bengkulu. Sungai Musi disebut juga Batanghari Sembilan yang berarti sembilan sungai besar, pengertian sembilan sungai besar adalah Sungai Musi beserta delapan sungai besar yang bermuara di sungai Musi.
Adapun delapan sungai tersebut adalah :
# Sungai Komering
# Sungai Rawas
# Sungai Leko
# Sungai Lakitan
# Sungai Kelingi
# [[Sungai Lematang]]
# Sungai Semangus
# Sungai Ogan
Sungai Musi bisa diselusuri dengan menyewa sebuah perahu motor di bawah Jembatan Ampera atau perahu wisata di dermaga Benteng Kuto Besak ( BKB). Dengan biaya sekitar Rp 50.000,- s.d. Rp 100.000,- Anda sudah bisa menyusuri sungai musi sepuasnya.
Di sepanjang Sungai Musi ada beberapa objek wisata yang menjadi kebanggaan masyarakat Palembang seperti Pulau Kemaro, Makam Ratu Bagus Kuning, Jembatan Ampera, rumah rakit, dan Warung Legenda. Anda dapat meminta supir perahu untuk membawa anda ke tempat-tempat tersebut. Jangan khawatir, mereka tahu benar kawasan itu.
Legenda Sungai Musi
Zaman dahulu kala, hubungan lalu lintaslaut di seluruh dunia di lakukan dgn perahu layar. Pada jaman itu, banyak pula lanun atau bajak laut. Ketika itu perdagangan tidak memakai sistem jual beli tetapi dengan sistem barter.
Menurut cerita, ada kelompok bajak laut asal negeri Cina yang terdiri dari tiga perahu layar, berlayar ke Selat Bangka.
Perompak itu di pimpin oleh seorang yang bergelar Kapitan. Mereka tertarik ketika melalui muara Sungai Musi, terutama karena lebarnya. Kapitan mencari dalam peta, ternyata sungai itu belum ada namanya di peta.
Para perompak itu melihat banyak perahu besar dan tongkang datang dari hulu sarat dengan muatan hasil bumi, mereka yakin di wilayah hulu sungai pastilah daerah yang subur. Mereka pun mulai membentuk kelompok2 untuk menjelajah daerah2 hulu.
Ada kelompok mereka yang sampai di daerah dataran rendah Gunung Dempo (daerah Lahat sekarang), mereka kagum melihat betapa suburnya tanah. Hasil sayur mayur tidak terpanen. Tanaman kopi bagaikan hutan dgn buahnya yang besar2. Begitu juga cengkih, kayu manis dan berbagai tanaman lainnya.
Kelompok yang menjelajah Muara Enim skrg, juga kagum dgn melihat tanaman rempah2 dan batubara yang muncul di permukaan tanah. Sementara itu yang sampai di wilayah Ranau, begitu takjub ketika melihat tembakau pun tumbuh disana.
Kapitan pun begitu tertarik dengan Wilayah Sumatera Selatan yang berpusat di Sungai Musi, dia pun memutuskan untuk tinggal lama di Palembang. Dia memberi tanda melingkari daerah Sumatera Selatan dalam peta seraya berkata :
"Kita skrg berada di daerah ini. Ternyata daerah dan sungai ini belum ada namanya di peta. Sudah ku pikir2, kita menamakan daerah ini Mu Ci (dalam bahasa tua Cina Han, Mu Ci berarti Ayam Betina, dan Mu Ci adalah nama bagi Dewi Ayam Betina yang memberikan keberuntungan pada manusia)
Seorang perompak bertanya : "Mengapa Tuan menamakan daerah ini Mu Ci?"
"Bukankah Mu Ci (Ayam Betina) adalah makhluk yg memberikan keuntungan buat manusia? Sekali bertelur belasan butir. telur adalah sumber makanan dan rezeki. Daerah ini pun sangat subur. Luar biasa suburnya. hasil rempah2nya bermutu tinggi. Ada Tambang batubara, emas dll. Maka daerah ini layak di sebut Mu Ci, karena tanahnya demikian kaya raya memberi keberuntungan bagi manusia".
"Kalian ingat, penduduk di daerah ini juga memiliki sifat yang baik yang dimiliki ayam.
Kaum pria daerah ini ramah, mudah menerima orang asing, dapat bergaul dengan baik dan suka menolong. Akan tetapi jangan berbuat curang atau menipu mereka. Bukankah ada empat orang teman kita yang mati karena di tusuk penduduk dgn pisau?"
Pemimpin Perompak melanjutkan pembicaraannya...
"Itu salah teman kita sendiri, sudah saya perintahkan untuk berperangai baik. daerah ini dan seluruh penduduknya akan jadi mitra dagang kita dalam jangka panjang. Selain itu, wanita di daerah Mu Ci ini juga sangat baik, kulit mereka kuning seperti kita. Tapi wajahnya tidak seperti wajah orang Eropa dan tidak mirip kita. Kaum wanita daerah ini hebat dan mengagumkan. Mereka bekerja keras membantu suami.
Tak ubahnya seperti induk ayam betina. Bekerja keras mencari makanan untuk anak2nya. Hormat dan baik pada sesamanya. Akan tetapi jangan coba2 mengganggu mereka dan anak2nya. Mereka bisa lebih ganas dari elang sekalipun.
Beratus tahun kemudian kata Mu Ci berubah menjadi Musi....
Kesimpulan :
Cerita ini adalah Legenda, orang tak percaya pernah terjadi. Namun kita melihat ada Sungai Musi dengan daerah Sumatera Selatan yang subur.
Hikmah dari legenda ini adalah, masyarakat Sumsel ramah tamah, tetapi berani berindak tegas bila harga dirinya di usik adalah sikap yang di sergani. Walaupun Bajak Laut jahat dan Kejam dalam berdagang mereka tetap ramah dan rendah hati.
0 komentar:
Post a Comment